Gugun pucat, layu dan mengkerut di sudut ruangan. Ia bergeming di sana, memandang kosong pada ujung sepatu bututnya. Bolong di ujung sepatunya pun jengah dipandangi Gugun sedari tadi.
Sebuah suara menghardik keras.
"Kau kemanakan uang sekolah yang Ibu beri padamu Gun?" Seorang Ibu berpenampilan sangat sangat sederhana duduk di seberang Kepala Sekolah yang turut menatap Gugun prihatin. Api emosi berkilat di bola mata wanita kurus itu. Rasa lelahnya mencari daun pisang demi uang sekolah lima puluh ribu kembali mengunjungi pundak lemahnya, sebab uang itu tak berhasil dihela Gugun pada kandang yang tepat.
Gugun menggigit bibir, bola matanya berpindah pada seekor burung yang sedari tadi digenggamnya kuat dengan kedua tangannya. Burung merpati di tangannya tampak jinak, hasil didikan Gugun setiap hari. Bersama teman- temannya, sepulang sekolah Gugun selalu singgah ke lapangan bola, dua orang temannya masing masing menggenggam satu burung merpati betina di satu titik. Pada jarak tertentu, Gugun dan seorang temannya yang lain menerbangkan merpati jantannya, memasang taruhan burung siapa yang akan sampai pada betinanya terlebih dahulu. Gugun menarik nafas dan berbicara pelan sekali sambil mengangkat burung itu lebih tinggi ke depan dadanya.
"Ini dia bu.." ucapnya penuh penyesalan.
Medan, 10 Juni 2013, 16.18 WIB
*terinspirasi dari anak anak sekitar rumah yang sedang heboh main balap burung merpati...
Sebuah suara menghardik keras.
"Kau kemanakan uang sekolah yang Ibu beri padamu Gun?" Seorang Ibu berpenampilan sangat sangat sederhana duduk di seberang Kepala Sekolah yang turut menatap Gugun prihatin. Api emosi berkilat di bola mata wanita kurus itu. Rasa lelahnya mencari daun pisang demi uang sekolah lima puluh ribu kembali mengunjungi pundak lemahnya, sebab uang itu tak berhasil dihela Gugun pada kandang yang tepat.
Gugun menggigit bibir, bola matanya berpindah pada seekor burung yang sedari tadi digenggamnya kuat dengan kedua tangannya. Burung merpati di tangannya tampak jinak, hasil didikan Gugun setiap hari. Bersama teman- temannya, sepulang sekolah Gugun selalu singgah ke lapangan bola, dua orang temannya masing masing menggenggam satu burung merpati betina di satu titik. Pada jarak tertentu, Gugun dan seorang temannya yang lain menerbangkan merpati jantannya, memasang taruhan burung siapa yang akan sampai pada betinanya terlebih dahulu. Gugun menarik nafas dan berbicara pelan sekali sambil mengangkat burung itu lebih tinggi ke depan dadanya.
"Ini dia bu.." ucapnya penuh penyesalan.
Medan, 10 Juni 2013, 16.18 WIB
*terinspirasi dari anak anak sekitar rumah yang sedang heboh main balap burung merpati...
0 komentar:
Posting Komentar