Sinopsis “About Rein”
A Novel by Yunita R.
Saragi
HIDUP
tak selamanya tentang impian. Terkadang, kenyataan hidup yang menggiring kita
ke tempat seharusnya kita berada.(Parlindungan Manurung)
Namaku
Parlindungan Manurung. Tapi ini kisah bukan tentangku. Melainkan tentang
sahabatku, Reinata Rey Sidabutar. Seorang perempuan dua puluh tiga tahun, si Batak
berdarah muggle alias campuran Jawa
Solo yang punya mimpi jadi drummer
ternama di dunia dan akhirat. Dia seorang perempuan berwatak keras, apalagi
jika berhubungan dengan persoalan mimpi-mimpinya. Meski banyak halangan dan
rintangan yang menyambangi, dia tak menyerah. Tak akan pernah menyerah.
Tante
Tata, mamanya adalah orang yang paling keras menentang cita-citanya. Tante Tata
malah menyogok aparat, untuk memasukkannya menjadi seorang PNS. Rein terpaksa
‘ngantor’ dalam seragam PNS beberapa bulan. Bukan hanya itu saja, Rein bilang
padaku kalau dia tiba-tiba punya Opung. Karena suatu hal, papa Rein sempat tak
terhubung lagi dengan seluruh keluarganya di Pulau Samosir, Danau Toba selama
puluhan tahun. Dia sempat senang mengetahui hal itu. Tapi ternyata kedatangan
opungnya membawa masalah lain. Dia dipaksa menikah dengan paribannya di
Samosir. Semua hal itu membuat Rein gila parah dan nggak tahan pol. Rein
melarikan diri dari rumah, hidup luntang-lantung, terlibat narkoba dan hampir
diperkosa oleh seorang produser musik yang menjanjikan album.
Semua
itu terjadi karena aku! Karena aku! Sahabat macam apa aku yang pergi begitu
saja meninggalkannya? Dia memang tak pernah memintaku agar terus ada di
sampingnya. Ah, aku salah. Sebenarnya dia telah mengirimkan sinyal ingin selalu
bersamaku ketika dia mengajakku untuk membentuk sebuah band bersama, tepat
setelah kami sama-sama diwisuda. Tapi aku tak mengerti isyarat itu. Dulu waktu
ikut Pramuka, aku payah membaca sandi. Aku hanya pandai mendirikan kemah. Aku
pergi untuk bergabung dengan sebuah band papan atas Indonesia yang pada saat
itu membutuhkan seorang gitaris. Ya, aku pergi meninggalkannya.
Yang
membuatku sadar kalau Rein butuh aku adalah ketika aku melihatnya terbaring di
ICU. Rein over dosis. Sejak saat itu,
aku berjanji akan selalu ada di sampingnya. Aku memutuskan hengkang dari Maha
Band. Keputusan yang terlihat sangat-sangat bodoh. Tapi lebih bodoh lagi jika
aku membiarkan Rein. Aku takut kehilangannya. Orang yang amat sangat kucintai.
Cinta? Ya, aku mencintainya lebih dari cinta kepada sahabat. Meskipun dia tidak
tahu. Dan tak boleh tahu.
Aku dan opungnya
merencanakan sesuatu. Sesuatu yang membawa kami ke dalam ruang katarsis.
Sesuatu yang membawa perubahan yang tak pernah aku dan Rein bayangkan
sebelumnya. Mohon maaf jika dalam penyampaianku tentang cerita Rein ini banyak menggunakan kalimat-kalimat khas Medan dan sekitarnya. Karena aku memang berasal dari sana. Sulit untuk menghilangkan bahasaku walaupun di dalam bentuk tulisan. Terimalah aku apa adanya, Beib. Ciyeee... (kedip-kedip). Sekali lagi, aku Parlindungan Manurung, ini bukan cerita tentangku. Tapi... semua tentang Reinata Rey Sidabutar.
0 komentar:
Posting Komentar