Secangkir
teh yang sedang mengepul di hadapanmu itu, kubuatkan khusus untukmu, dari satu
persen gula pasir, satu persen teh, lima persen air mendidih dan sembilan puluh
tiga persen rasa cinta.
Eitt..
Jangan terburu buru begitu mereguknya. Perlahanlah. Hirup dulu aromanya, lalu
kau sesap sedikit. Setelahnya, lihat lah senyumku yang kurangkai untukmu. Lalu
ceritakan tentang harimu dan bagaimana kau melaluinya.
Jika
itu cerita bahagia dan membahagiakan, peluklah tubuhku dan kita tertawa
bersama. Lalu kau sesap lagi teh itu, maka kau akan mendapati kebahagiaan itu
akan menjadi abadi di hatimu seiring dengan teh yang mengalir dan mengendap di
tubuhmu.
Jika
itu cerita sedih dan menyedihkan, menangislah di pundakku dan kita akan menangis
bersama. Lalu reguk kembali teh itu, maka kau akan mendapati kesedihan itu
lenyap tak berbekas bersama dengan asap teh yang melayang ke udara.
Medan,
24 Mei 2013, 17.58 WIB