Jadi begini,17 tahun yang lalu entah bagaimana, Ibuku diperkosa oleh majikannya di Oman. Lalu Ibuku mengandung aku. Ibuku memohon pertanggungjawaban dari majikannya itu. Sayangnya majikannya menolak dan hanya bersedia memberikan Ibuku ongkos pulang ke tanah air beserta gajinya sebulan terakhir. Ibuku yang tengah hamil tentu takut kembali ke tanah air dalam keadaan hamil. Ia malu pada keluarga dan sanak saudara. Akhirnya Ibu diam, tak lagi minta pertanggungjawaban, asal tetap diperbolehkan bekerja di sana. Majikannya pun sepakat. Tapi nanti, saat anaknya lahir, Ia harus pulang ke tanah air, atau kalau mau tetap bekerja, anaknya tidak boleh berada di situ.
Singkat cerita, usia kandungan Ibu sudah sembilan bulan. Ibu izin untuk melahirkan di tanah air pada majikannya. Dari teman teman TKW nya ia pernah mendengar bahwa di Indonesia ada sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat yang mau menampung bayi bayi TKW. Ibu berniat setelah melahirkan, ia akan menitipkan bayinya ke tempat itu dan kembali lagi bekerja sebagai TKW. Ibu mendapat izin dari majikannya. Hari itu, maka terbanglah ia kembali ke tanah air bersama salah satu rekan TKWnya. Sesampainya di Bandara di Indonesia, Ibu sudah disambut oleh Lembaga Penampungan anak TKW. Perwakilan lembaga itu mengajak Ibu dan temannya makan di sebuah restauran di Bandara. Baru saja duduk Ibu sudah merasakan mules yang luar biasa, ketubannya pecah dan aku pun lahirlah dengan mudahnya. Kelahiranku di sambut oleh seluruh pengunjung restauran, jadi tontonan warga dan bahkan kudengar masuk berita di televisi dan koran. Seorang TKW melahirkan di restaurant di Bandara, itu judulnya. Restauran itu bernama Pizza hut, sampai di sini kau paham bukan mengapa namaku itu? Setelahnya Ibu dibawa ke rumah sakit. Dan setelah pulih Ibu kembali ke Oman, sementara aku, ditinggal Ibu dan diasuh di rumah pengasuhan anak TKW.
Masih menjadi sebuah misteri siapa oknum yang memiliki ide memberikanku nama Pizza Hut. Kenapa tega teganya memberikanku nama seperti itu. Kalau persoalan tempat dimana seorang bayi dilahirkan bisa dijadikan dasar pembuatan nama, tentu Jeera, teman yang tinggal di rumah penampungan bersamaku yang lahir di Toilet di Bandara, akan bernama Toiletwati dong.. Tapi tidak kan?? Ahhh.. Yaa sudahlah, mau dibilang apa?? Sudah untung aku tak dijual Ibuku ke agen human trafficking yang sudah mengincarnya di bandara dengan uang 50 juta di tangan. Tapi pleaseee.. panggil aku Pipi atau Iza aja yaa.. lumayan terdengar seperti nama orang. Kau mau kan? Terima kasih. Sampai jumpa.
Medan, 17 Mei 2013, 07.36 WIB
0 komentar:
Posting Komentar