Kertas Hasil Robekan dari Lembar Buku Tulis Paling Tengah, sebenarnya
bukan sesuatu yang luar biasa hingga perlu disimpan di sebaik-baiknya tempat
menyimpan. Seperti misalnya di dalam dompet, dompetnya dimasukkan ke dalam tas,
lalu tasnya selalu dibawa kemana-mana karena takut seseorang akan membongkarnya
dan menemukan kertas itu sewaktu-waktu. Tentu tidak sampai seperti itu, kan, jika
kertas itu tidak berisi sesuatu yang penting seperti ungkapan cinta dari
seseorang? (Mimik wajah biasa saja). Sejurus kemudian, hmmm, APA?? CINTA???
(Mimik wajah orang ketelen karet gelang). Ya, kertas itu berisi ungkapan cinta
dari seseorang, sehingga aku merasa
perlu menyimpannya di sebaik-baiknya tempat menyimpan itu.
Adapun kedatangan surat mistis ini (Apa? Mistis? Lupakan),
bagaikan datangnya hujan deras di musim kemarau menahun. Saat aku merasa
menjadi itik buruk rupa di seluruh civitas akademika Sekolah Menengah ini. Dan tepat
di saat aku teronggok di sudut kelas berdiam diri, sementara teman-temanku yang
lain memperbincangkan para pria yang menyukai dan ingin menjadikan mereka
pacar.
Intinya, kehadiran surat ini meyakinkanku satu hal, bahwa aku
bukanlah itik buruk rupa. Aku hanyalah mutiara di dasar laut yang belum
ditemukan siapa pun. Dan pria si pemilik nama yang tertoreh di sudut kiri bawah
surat ini dengan gambar hati terpanah kurang indah bertebaran di sekitarnya adalah
nelayan kesasar yang tak sengaja menjaring cangkangku dari dasar laut.
Sesampainya di rumah, dengan semangat membara, aku membalas
surat keramat itu. Sesuatu yang ingin aku lakukan sejak lama, tepatnya di saat
teman sebangkuku punya pacar. Kurangkai kata-kata penerima cinta yang
terinspirasi dari berbagai sumber, dari puisi di majalah hingga kata-kata di
film Rhoma Irama. Kutuliskan di kertas terbaik yang kumiliki. Kertas bergambar
Micky Mouse berwarna ungu menjadi saksi euphoria kemenangan di’tembak’ seorang
pria. Besok, melalui seorang teman baikku, surat ini akan berpindah tangan pada
pria itu.
Tanpa kuketahui bagaimana surat itu sampai, keesokan harinya,
pria itu sudah menungguku di bawah pohon eucalyptus samping sekolah, tersenyum-senyum
padaku. Seketika aku beku di siang bolong, sumpah! Aku sama sekali belum tahu,
kegiatan apa saja yang dilakukan oleh orang-orang yang pacaran. Apakah mesti
yel-yel dulu sebelum memulainya atau bagaimana? Namun, seolah dituntun aku
menghampiri pria itu begitu saja. Ini dia saudara-saudara, perkenalkan, cinta
pertamaku. (Suara drum roll). Tom Frederik Marpaung, wajahnya sama dengan pria
batak kebanyakan, namun tidak berahang terlalu besar, beralis tebal, bermata
tajam dan secara keseluruhan, dapat aku katakan, bahwa … (menelan ludah) dia
tidaklah ganteng (tarik napas). Namun bolehlah, senyum manis dan mata tajamnya
itu cukup membantuku bertahan dengannya selama dua tahun.
Jangan tanyakan apa yang kami lakukan selama dua tahun. Sungguh
tidak menarik untuk diceritakan. Cuma berjumpa di beberapa malam minggu di rumah
seorang teman, sisanya lirik-lirikan di sekolah. Sudah itu saja ceritaku. Apa?
Gak seru? It’s your problem, not mine. J
NB: Nama pria disamarkan, siapa tahu beliau, si ahli kesasar
itu, akan tersasar hingga ke sini, lalu saat mengetahui namanya dicatut, dia
serta merta akan minta royalti, oh no, saya tidak mau ... ^_^
Medan, 9 Juli 2013
0 komentar:
Posting Komentar