Senja sudah menguning
dipapar mentari tua
Saat Kulihat Agita
mulai membuka mata
Sisa lelah kemarin
sudah sirna
Berganti sumringah
yang hinggap tercerna
Orang-orang berwajah
lelah bersimbah jengah
Melirik Agita tajam,
gelindingkan benci bak air bah
Agita, seperti biasa,
senyum manis terus membelah.
Menelan pahit seperti
yang sudah-sudah.
Maghrib, muadzin renta
mencekik pengeras suara
Anak muda perkasa,
masih sibuk urus dunia.
Mencibir Agita yang
lebih memilih duduk di depan kaca.
Mengaitkan topeng
dengan bedak segala rupa
Maghrib sudah berlalu
tiga rakaat.
Agita siap berangkat,
menenteng tas berisi jimat
Berlalu cepat setengah
telanjang, tunggu antrian para pejabat
Kata orang itu
maksiat, jahat, bejat.
Agita tak mengerti
banyak
Yang dia tahu dia
harus bertahan hidup layak
Dan akan AKU selalu di
sini, MELIHAT dan MENCATAT!
0 komentar:
Posting Komentar