Rabu, 16 September 2015

Review Novel Knife

Unknown


Review Novel

Judul Novel           : Knife
Penulis                   : Lindsay Lov’
Penerbit                : Mediakita
Tahun Cetak          : 2014

DARI sampul buku dan judulnya, kita sudah tahu pasti bahwa novel ini bercerita tentang pembunuhan. Di halaman pertama, pembaca akan terkecoh dengan kejadian pencurian kecil di sekolah. Yang ternyata itu hanya semacam pembuka sebagai pengenalan karakter kembar pasangan Alex dan Alexa. Kedua detektif remaja yang biasanya hanya menangani kasus kehilangan barang ini bakal dihadapkan dengan kasus rumit yang membuat mereka sangat tertantang: pembunuhan berantai di sekolah. Bekerja sama dengan Pak Hendra, penyidik dari Kepolisian Pematang Siantar yang tak lain tak bukan adalah paman mereka sendiri, akan menguak sedikit demi sedikit siapa sebenarnya pembunuh berdarah dingin itu.

          Keistimewaan novel ini adalah kemampuan penulis menggiring pembaca untuk selalu merasa penasaran. Plot dan alur atau rangkaian kejadian per kejadian, membuat pembaca enggan menutup novel, tak rela melanjutkan hingga esok. Setiap bab berisikan tentang adegan-adegan pembunuhan yang… penuh darah! Keji! Dan… menguras emosi. Dan kesemua bab diakhiri dengan pertanyaan, siapa yang tega membunuh dengan cara sesadis itu?

          Pelbagai ketegangan-ketegangan yang disajikan dalam irama lincah oleh si penulis, membuat kita tahu-tahu sudah sampai di akhir cerita. Dan… Zap! Twist! Pembaca pun terperangah, “Jadi pembunuhnya ini, toh!!! Bukan yang kucurigai sejak awal tadi. Kurang ajar!” Semua rangkaian peristiwa logis. Masuk akal. Hal yang perlu ada di novel-novel thriller.

          Kutipan-kutipan keren di tiap bab juga menjadi hal yang sangat menarik, seperti, ‘Ketika ia datang, ternyata ia telah lama pergi’ atau ‘Adalah ruang di dalam jiwa yang membunuhmu hingga mati.’ Bikin merinding, kan?

          Namun, seperti layaknya kehidupan di muka bumi, setiap hal pastinya ada kekurangan. Begitu pun novel ini. Untuk novel yang terbit di bawah payung penerbit mayor, bisa dibilang typo (kesalahan ketik) yang ada masih terlalu banyak. Untung bisa termaafkan dengan cerita seru yang disajikan.

          Yang kedua adalah adanya beberapa penjelasan-penjelasan kecil yang kurang perlu. Mungkin penulis bermaksud agar pembaca lebih memahami. Tapi akhirnya malah jadi blunder. Misalnya, kenapa salah satu karakter bernama Windy yang terlihat paling lemah kemudian bisa dengan gampangnya dibawa ‘sang pembunuh’ ke suatu tempat dan mengira dia adalah seseorang yang lain? Dalam hal ini, pembaca sudah bisa mengikuti mengapa Windy mengalami guncangan kejiwaan. Jadi penjelasan di akhir, menurut saya sudah tidak diperlukan lagi. Dan ada beberapa hal lain yang mirip-mirip dengan itu. Seperti misalnya penjelasan-penjelasan ulang di buku diary sang pembunuh.

          Well, overall, untuk sebuah novel perdana ini sudah amat sangat bagus sekali. Salut sekali buat penulisnya. Pasti dibutuhkan mental dan komitmen baja untuk menghasilkan sebuah novel keren seperti ini. Ditunggu karya-karya berikutnya, ya. Seperti yang aku katakan “You’re Rock!”

Medan, 17 September 2015

Coprights @ 2016. Template Designed By Templateism | Wp Themes