Rabu, 02 April 2014

VIRUS BOVIAR

Unknown

Kemuning memandang sore yang hujan dari jendela apartemennya. Lalu kembali mengalihkan pandangan pada sebatang cokelat yang sejak tadi ia genggam. Hampir meleleh. Ia membaginya jadi dua bagian, menyorongkan ke mulutnya setengah bagian dan setengahnya ia letakkan di atas meja. Kemuning menjilati sisa cokelat dari ujung telunjuk dan jempolnya.
“Menjijikkan!” seru sebatang tongkat baseball padanya.
Kemuning tersentak dan membuatnya hampir jatuh terjengkang dari kursi yang didudukinya.
“Chesckhaa! Tolong! Jangan karena kau bisa berubah bentuk jadi apa saja, lalu kau semena-mena muncul di hadapanku dengan wujud tongkat jelek begitu!” Kemuning memekik, alis tebalnya bertaut, bulu mata lentiknya mengerjap dan bibir indahnya memberengut.
Tongkat baseball itu bergetar seperti agar-agar, lalu…
“Plup!!” tongkat baseball sudah menjelma menjadi gadis pirang berwajah tirus dan sedikit pucat.
“Sorry, gadis pemarah!” ucap Chesckha gadis yang tadinya berwujud tongkat baseball itu santai lalu menggamit cokelat di atas meja dan memasukkan ke dalam mulutnya.
“Apa rencanamu hari ini?” tanya Chesckha setelah menelan cokelatnya.
“Tidak ada…,” Kemuning menjawab ringan sambil menggaruk punggungnya. Ia mengernyit menikmati sensasi gatal yang digaruk.
“Apaaaaaaaaa??!!” jerit Chesckha, tubuhnya menggelembung seperti ikan buntel saat merasa terancam. Mulutnya terkuak dan menampakkan gigi-gigi tajam seperti hiu. Beberapa perkakas rumah yang tersentuh badannya yang membesar berjatuhan ke lantai.
Kemuning melongo, “Rrrr… maksudku ada… ya ada…,” Kemuning mendengus, tidak yakin hendak mengatakan apa. “Di luar hujan, Ches!”
“Aku tak peduli mau di luar hujan atau sedang kiamat!” seru Chesckha sambil menyusutkan tubuhnya dalam bentuk semula.
“Ya, begitu lebih baik,” komentar Kemuning.
Chesckha melotot dengan tatapan ‘tak memerlukan komentar apa pun tentang tubuhnya’.
Kemuning mendehem.
“Bisakah kau mengatakan sesuatu, Kemuning?” tanya Chesckha lalu meneliti wajah Kemuning.
“Bisakah kita melakukannya besok saja?”
“Sayangnya tidak, cantik!” Chesckha menggeleng.
“Kenapa kau libatkan aku dalam misi rumit begini, Chesckha?”
“Apanya yang rumit? Kau hanya perlu menyuntikkan virus yang kucuri dari planet BOVIAR-ku ke tubuh Presidenmu! Itu saja!”
Kemuning mendelik, Chesckha baru saja mengatakan itu seperti memerintah Kemuning memasak mi instan.
“Tenang, katamu kau ingin melakukan hal yang berguna untuk bangsamu. Setelah ini, kau bukan hanya sekedar gadis kurus, tak pintar matematika yang menyedihkan, tapi kau adalah pahlawan!”
“Pakai ini…, “ Chesckha menyorongkan sesuatu di dalam plastik.
“Kostum?” Kemuning bergidik. “Aku gak mau jadi semacam Spidergirl atau Wondergirl atau yang semacam itu!”
“Jangan bodoh! Kostum ini membuatmu tak terlihat. Pakai!”
“Kau sajalah… kau kan lebih sakti!”
“Ini negaramu! Bukan negaraku!” Chesckha hampir menggelembung lagi, Kemuning buru-buru mengenakan pakaian itu.
            Tengah malam, istana kepresidenan sedang mendengkur, kecuali pengawal yang berjaga di sepanjang istana. Kemuning sudah siap dengan suntik berisi virus di tangannya, ia segera masuk ke kamar utama. Ibu Negara sedang meng-upload foto di instagram. Pak Presiden sudah mendengkur.
“Jussss…” virus sudah sukses mengalir di sel-sel darah Pak Presiden.
Pak Presiden sontak terbangun, menelepon seluruh menterinya. Rapat mendadak! Dengan keputusan: harga-harga bahan pokok turun, sekolah gratis, kesehatan gratis, pajak untuk barang mewah naik, kembali galakkan sektor ekonomi mikro, tak ada kerja sama dengan luar negeri kecuali yang menguntungkan harkat hidup orang banyak. Yang tak menjalankan titah presiden TEMBAK MATI!
“Aku harap, aku melakukan yang yang benar…,” Kemuning nyengir.
Medan, 5 Februari 2014

Unknown / Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar:

Posting Komentar

Coprights @ 2016. Template Designed By Templateism | Wp Themes